November 9, 2024

Noken Maybrat

Noken yang telah dinobatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda adalah sebuah simbol kearifan lokal masyarakat asli tanah Papua. Noken kerap digunakan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Papua di setiap suku yang mendiami provinsi paling Timur Indonesia ini. Terdapat kurang lebih 250 suku di tanah Papua yang tersebar di 7 wilayah adat.Di masing-masing wilayah maupun suku noken memiliki ciri khas tersendiri seperti bahan cara membuat  bentuk dan motif.

Di wilayah pegunungan tengah noken dirajut dari benang berbahan kulit pohon atau kulit anggrek.

Sementara di wilayah kepala burung pulau Papua noken dianyam dari serat kulit pohon. Meski berbeda bahan cara pembuatan bentuk serta motif namun noken pada umumnya digunakan untuk membawa hasil kebun barang belanjaan menyimpan dokumen membawa mas kawin atau mengisi pernak-pernik saat upacara adat.

Noken bahkan digunakan untuk menggendong bayi.

Cerita singkat Yemima Moso menggambarkan lika-liku ia menganyam  setiap helai serat kulit pohon menjadi sebuah tas noken. Perempuan suku Maybrat yang  berasal  dari  Distrik Ayamaru ini , sudah menganyam noken sejak masih kanak-kanak. Keterampilan menganyam noken didapatkan Yemima dari orang tuanya. Bahan untuk membuat noken di wilayah Maybrat umumnya menggunakan serat kulit pohon dengan nama ilmiah trikospermum sp. atau dalam bahasa daerah setempat disebut bi-yik.

Kulit pohon lain yang digunakan  untuk menganyam noken yaitu kle-in ho-via hos-pita atau dalam bahasa daerah setempat disebut yu-fah. Dahulu pohon bi-yik dan yu-fah tumbuh liar di hutan sekitar kampung.

Namun saat, ini pohon-pohon tersebut tumbuh di daerah yang cukup jauh bahkan hingga hutan di wilayah perbatasan dengan kabupaten Sorong atau Sorong Selatan. Untuk menganyam satu tas noken berukuran besar dibutuhkan serat sepanjang kurang lebih 10 meter dan lebar sekitar 3 sampai 4 sentimeter. Karena itu jumlah maupun ukuran pohon yang ditebang juga harus dipastikan cukup untuk menganyam satu noken. Kulit pohon yang sudah ditebang kemudian dikupas lalu serat bagian dalam kulit diambil. Serat-serat lalu dibungkus dengan daun pakis diikat dan selanjutnya direndam dalam air.

Daun pakis berguna untuk membersihkan serat agar terlihat warna asliny.  Perendaman serat biasanya dilakukan di sungai atau danau selama kurang lebih satu hingga dua pekan. Setelah direndam serat kemudian dijemur agar lebih lentur sehingga mudah untuk dianyam. Serat berukuran besar dengan lebar kurang lebih 3 hingga 4 centimeter kemudian dipotong menjadi bagian-bagian lebih kecil dengan lebar sekitar 0,5 centimeter. Proses menganyam serat dimulai dari bagian bawah atau dasar noken.

Anyaman selanjutnya dibentuk dengan cara saling tindih dan menyilang antara satu helai serat dengan helai serat lainnya. Setelah membentuk bagian dasar anyaman selanjutnya dibentuk untuk bagian samping dan seterusnya hingga mulut sampai terbentuk wadah menyerupai tasanyaman lalu dikunci. Tahap terkahir adalah memasang tali noken untuk memudahkan penggunaannya.Tali noken dibuat menggunakan serat kulit pohon genemo  / melinjau  Genemo  Genetum kemudian dilapisi kain dengan cara dijahit.

Noken umumnya dipakai kaum perempuan dengan cara digantung pada leher atau kepala sementara untuk laki-laki noken biasanya digantung pada lengan. Biasanya noken juga diberi hiasan tambahan berupa variasi warna tulisan motif hingga rumbai-rumbai untuk menambah daya tarik ketika dipakai. Variasi warna terbentuk dari setiap helai serat yang berbeda-beda. Pemberian warna pada serat bisa menggunakan bahan alami atau pewarna buatan pabrik. Noken identik dengan kaum perempuan, mulai dari pembuatan hingga penggunanya seorang perempuan asli Papua layak dianggap sudah dewasa jika bisa menganyam noken. Aktifitas para perempuan menganyam noken dilakukan di sela-sela kesibukan mereka menjalankan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Dibutuhkan waktu kurang lebih 2 sampai 3 pekan untuk menganyam sebuah noken berukuran besar. Untuk menganyam noken berukuran sedang atau kecil dibutuhkan waktu kurang dari itu.

Noken hasil anyaman terkadang dipakai sendiri atau diberikan sebagai cinderamata untuk tujuan tertentu seperti dalam urusan adat. Selain itu noken hasil anyaman adapula yang dijual harga jual satu tas noken anyaman berkisar seratus ribuan untuk ukuran kecil hingga jutaan rupiah untuk noken berukuran besar. Meski terdapat perbedaan bahan cara pembuatan bentuk serta motif noken pada setiap suku maupun wilayah di tanah Papua akan tetapi terdapat pemahaman yang sama terhadap makna dan fungsi tas tersebut.

Dengan beragam fungsi yang dimilikinya noken melambangkan kehidupan kesuburan dan perdamaian. Penetapan noken sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 4 desember 2012 silam, kian mempererat rasa persatuan masyarakat di seluruh tanah Papua noken semakin dikukuhkan menjadi identitas kultural dan kebanggaan bersama. Namun seiring perkembangan jaman yang semakin modern fungsi noken perlahan mulai digantikan dengan tas moderen buatan pabrik. Bahkan noken pun mulai dibuat menggunakan bahan yang dapat dibeli dari toko. Demikian pula dengan keterampilan membuat noken yang semakin jarang dimiliki oleh generasi muda. Oleh sebab itu sebagai warisan budaya tak benda noken digolongkan dalam kategori ‘in need of urgent safe guarding’ atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.  Menggunakan  Noken Papua sangat  bermanfaat,  dimana  dalam  pembuatan nya  menggunakan  bahan alami  sehingga   bila  tidak  digunakan  lagi  tidan  mencemari  lingkungan  selain  itu  dengan menggunakan  Noken  Papua  dari  bahan  alami  ini    juga  kita  telah  ikut melestarikan budaya  Papua   serta  meningkatkan  ekonomi  mama – mama  pengrajin  Noken  Papua.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.